SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk aedes aegypti. (Freepik)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL – Seorang remaja perempuan berusia 15 tahun di Kabupaten Gunungkidul meninggal dunia karena terjangkit demam berdarah dengue (DBD). Remaja perempuan itu sempat menjalani perawatan di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, mengatakan remaja perempuan yang merupakan warga Padukuhan Nitikan, Kalurahan Semanu, itu meninggal dunia pada Selasa (14/5/2024). Dinkes Gunungkidul baru mendapat informasi tersebut pada Rabu (15/5/2024).

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Dia menjelaskan remaja perempuan itu meninggal dunia ketika masuk dalam fase dengue shock syndrome (DSS). DSS merupakan fase ketiga dan keempat dari perkembangan penyakit DBD, di mana sudah terjadi syok pada penderita demam berdarah. Syok hipotensi dapat dengan cepat berubah menjadi gagal jantung dan henti jantung.

“Informasi yang kami dapatkan, pasien sudah dibawa ke RS swasta di Gunungkidul dan langsung dirujuk ke RS di Jogja ternyata itu masuk fase DSS yang mengakibatkan pasien tersebut meninggal dunia. Terjadi pendarahan pada pasien anak itu. Dia sendiri tinggal dengan simbahnya dan berasal dari keluarga tidak mampu,” kata Ismono, Kamis (16/5/2024).

Dengan penambahan satu kasus tersebut, maka total ada tiga kasus kematian akibat infeksi virus dengue melalui perantara nyamuk Aedes aegypti. Adapun total kasus DBD selama 4,5 bulan terakhir mencapai 666 kasus. Angka tersebut melonjak dibandingkan total kasus DBD sepanjang 2023 yang hanya menyentuh angka 260 kasus dengan satu kematian.

Apabila dirinci dari awal Januari 2024, dua bulan pertama ada total 220 kasus dengan dua kematian. Dua kematian tersebut adalah anak berumur 5 tahun dan 10 tahun. Sedangkan dua bulan kedua ada total 247 kasus, mengacu pada data Dinkes Gunungkidul per Minggu, 5 Mei 2024.

Sedangkan, total kasus DBD pada 2022 ada 457 kasus dengan tiga kematian dan pada 2021 ada 189 kasus dengan tiga kematian.

Atas kasus kematian akibat DBD terbaru itu, Dinkes kemudian melakukan fogging pada Kamis pagi. Meski telah dilakukan fogging, Dinkes meminta masyarakat untuk gencar melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSM) dan menguras, menutup, dan mengubur (3M) guna menghindarkan/ mencegah jentik nyamuk berkembang. Pasalnya fogging juga hanya berdampak pada nyamuk dewasa.

Ismono mengaku pihaknya telah melakukan fogging di 33 lokus DBD. Saat ini, anggaran Dinkes habis. Pengadaan abate pun tidak dapat dilakukan karena ketiadaan anggaran. Stok abate di tingkat kabupaten hanya mencapai 60 kilogram (kg).

“Seharusnya perlu ada upaya fogging sebelum masa penularan [SMP]. Tetapi biaya kami terbatas dan SMP ini memerlukan biaya tidak sedikit,” katanya.

Dalam beberapa bulan ke depan, musim hujan akan datang dan dalam upaya pencegahan lonjakan kasus DBD. Dinkes meminta warga agar tetap waspada dan tanggap dengan segera menghubungi rumah sakit terdekat apabila anggota keluarga mengalami gejala DBD.

“Kalau kami punya dana untuk SMP, kami akan memetakan daerah endemis untuk kami fogging dalam upaya pemberantasan nyamuk dewasa. Tapi itu tadi, biaya bisa bengkak. Fogging SMP terakhir saja dilakukan 10 tahun lalu,” ucapnya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Tetap Waspada! 1 Anak Perempuan Gunungkidul Meninggal karena DBD

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya