SOLOPOS.COM - Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih secara simbolis membuat jugangan untuk mengolah sampah organik di Caturharjo, Pandak, Bantul, Rabu (5/6/2024). (Humas Pemkab Bantul)

Solopos.com, BANTUL — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul memperluas gerakan pembuatan sebanyak 5.000 jugangan atau lubang di tanah di seluruh wilayah ini untuk mengolah sampah organik guna mendukung program Bantul Bersih Sampah 2025 (Bantul Bersama).

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengatakan gerakan 5.000 jugangan untuk mengolah sampah organik awalnya digagas oleh Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Pandak, Bantul.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Pihaknya setuju agar gerakan tersebut diperluas di wilayah lainnya. Hal itu juga merupakan tindak lanjut dari edaran tentang pengolahan sampah yang saya tandatangani.

“Gerakan ini menjadi sangat strategis mengatasi persoalan sampah, terlebih saat ini telah dilakukan desentralisasi pengelolaan sampah sejak ditutupnya TPST Piyungan,” kata Halim, dikutip dari laman resmi Pemkab Bantul, Kamis (6/6/2024).

Dengan upaya tersebut, Halim yakin pada 2025 mendatang masalah sampah akan teratasi. Ia terus mendorong kalurahan meningkatkan kemandirian dalam pengelolaan sampah.

“Kalurahan Caturharjo ini menjadi salah satu kalurahan yang merespon cepat terkait kemandirian pengelolaan sampah, dan mampu menghasilkan satu program yang didukung warganya. Gerakan 5000 Jugangan ini akan mempercepat kemandirian pengelolaan sampah,” harap Halim,” ucapnya.

Meski demikian, Halim mengingatkan pengolahan sampah dengan memanfaatkan jugangan atau lubang di tanah tersebut, nantinya harus dipastikan bahwa sampah yang dibuang atau dikubur di jugangan benar-benar merupakan sampah organik.

“Dan harus dipastikan benar-benar yang masuk ke jugangan hanyalah sampah organik saja, para orang tua kita terdahulu dengan jugangan tidak pernah ada masalah sampah, waktu saya kecil sampah organik di tempat saya itu tidak menjadi masalah,” katanya.

Dia mengatakan sampah yang dihasilkan masyarakat tersebut mayoritas atau sekitar 70 persen merupakan sampah organik, sehingga kalau pemerintah bersama masyarakat bisa menyelesaikan sampah organik, maka sisanya hanya tinggal 30 persen.

“Kan sederhana sebetulnya, tetapi dalam praktiknya kita masih gagap di dalam mengelola sampah organik ini, makanya cukup dibuatkan jugangan, tetapi harus dipastikan plastik tidak boleh masuk, logam tidak boleh masuk,” katanya.

Lurah Caturharjo, Wasdiyanto mengatakan kegiatan pembuatan 5.000 jugangan ini merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya dalam rangka menyukseskan gerakan Bantul Bersama.

“Di Caturharjo mempunyai metode Olah Sampah Coro Simbah, yaitu mengembalikan sampah organik ke alam dengan cara dimasukkan ke jugangan,” katanya.

Di Kalurahan Caturharjo sendiri, sudah dilakukan pengolahan sampah mulai dari rumah tangga.

Sampah anorganik yang masih bernilai ekonomi dijual ke BUMKal, sampah residu diolah di Laboratorium Pengelolaan Sampah Kuroboyo, kemudian sampah organik dimasukkan ke jugangan.

Selain menjadi pupuk kompos, jugangan ini juga bisa berfungsi sebagai resapan saat musim penghujan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya